BI dan ANZ (NZ) Turunkan Bunga — Apakah Efeknya Sama?
Dalam beberapa bulan terakhir, bank sentral dan bank besar di berbagai negara mulai melonggarkan kebijakan suku bunga. Di Indonesia, Bank Indonesia (BI) telah menurunkan BI-Rate beberapa kali untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan mendukung stabilitas. Sementara di New Zealand, ANZ NZ menyesuaikan bunga pinjaman rumah, tabungan, dan deposito setelah bank sentralnya memangkas suku bunga acuan (OCR). Meski sama-sama menurunkan bunga, konteks serta efeknya di masyarakat dan ekonomi bisa sangat berbeda. Artikel ini membandingkan kebijakan BI dan ANZ NZ, melihat efeknya, kesamaan, perbedaan, dan apa arti semua ini bagi masyarakat.

Situasi Terkini
Bank Indonesia (BI)
- Pada RDG (Rapat Dewan Gubernur) pada 19-20 Agustus 2025, BI menurunkan BI-Rate sebesar 25 basis poin dari sebelumnya 5,25% menjadi 5,00%. Sementara itu, suku bunga Deposit Facility turun menjadi 4,25%, dan Lending Facility menjadi 5,75%.
- Pada bulan September, BI kembali menurunkan BI-Rate menjadi 4,75% (25 bps pemangkasan), sejalan dengan target inflasi yang dianggap stabil dan ruang pertumbuhan ekonomi yang masih bisa digali.
- Dampaknya mulai terlihat di beberapa aspek: perbankan (deposito & tabungan), kredit, nilai tukar rupiah, serta pasar keuangan secara lebih luas. Namun, transmisi ke suku bunga kredit masih berjalan lambat.
ANZ New Zealand (ANZ NZ) & Kebijakan di NZ
- ANZ NZ mengikuti keputusan Bank Sentral New Zealand (RBNZ) untuk memangkas Official Cash Rate (OCR). Pemangkasan OCR membuat ANZ dan bank-bank lain menurunkan bunga pinjaman rumah (floating/flexible home loan), serta suku bunga tabungan dan deposito.
- Contoh: ANZ NZ memotong floating home loan rate dan flexible home loan rate ke sekitar 6,29% dan 6,40% setelah pengumuman OCR baru.
- Selain itu, suku bunga tetap 1-year fixed home loan di ANZ juga turun menjadi 4,79%, yang merupakan level terendah sejak beberapa tahun terakhir.
Apakah Efeknya Sama?
Meskipun dasar kebijakannya mirip (yaitu meredakan beban bunga pinjaman, mendukung pertumbuhan, dan merespons inflasi), efek antara BI dan ANZ NZ berbeda karena faktor-konteks ekonomi, struktur keuangan, dan kecepatan transmisi. Berikut perbandingannya:
Aspek | Efek di Indonesia (BI) | Efek di New Zealand (ANZ NZ) |
---|---|---|
Kredit & Pinjaman | Penurunan BI-Rate cenderung menurunkan biaya dana bank dan suku bunga kredit, tetapi perubahan pada bunga kredit ke masyarakat masih relatif lambat. Beberapa bank belum sepenuhnya menyesuaikan suku bunga kredit mereka. | ANZ NZ segera menurunkan bunga pinjaman rumah floating/fixed setelah OCR dipangkas, sehingga pemilik rumah dengan pinjaman variabel merasakan langsung manfaatnya. |
Suku Bunga Tabungan & Deposito | Penurunan pada suku bunga deposito ikut terjadi secara bertahap, terutama pada bank-bank digital. Namun, suku bunga simpanan masih dipengaruhi likuiditas bank, dan bank menyesuaikan secara bertahap agar tetap menarik bagi deposan. | Tabungan dan deposito juga mengalami penurunan sesuai OCR, termasuk suku bunga untuk rekening sap — walau penurunan ini terkadang disertai perubahan minimal dibanding bunga kredit agar keseimbangan antara deposan dan peminjam tetap dijaga. |
Dampak Inflasi & Nilai Tukar | BI mempertimbangkan inflasi yang sudah relatif rendah, dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sebagai bagian dari kebijakan. Penurunan bunga juga bertujuan mendorong konsumsi dan investasi. | Di NZ, inflasi juga menjadi salah satu faktor utama yang dikontrol; RBNZ menurunkan OCR ketika inflasi mulai mereda agar depresiasi mata uang bisa terkendali dan pertumbuhan ekonominya tetap sustainable. |
Respons Pasar Keuangan & Properti | IHSG merespons positif; pasar saham menunjukkan kenaikan seiring dengan harapan bahwa kebijakan moneter longgar akan mendukung pertumbuhan korporasi. Namun, sektor properti masih dipengaruhi suku bunga kredit yang tinggi secara historis. | Penurunan mortgage/fixed rates membuat pasar properti lebih aktif, terutama untuk rumah yang pembiayaannya terkait floating/fixed rate. Pengurangan bunga ini mengurangi beban cicilan bagi peminjam dan dapat meningkatkan permintaan terhadap rumah. |
Faktor-Pembedanya
Ada beberapa faktor yang membuat efek penurunan bunga oleh BI dan ANZ NZ tidak sepenuhnya sama:
- Struktur Ekonomi dan Ketergantungan terhadap Eksternal
- Indonesia lebih tergantung pada faktor eksternal seperti inflasi impor, fluktuasi nilai tukar, dan harga komoditas. Jadi, penurunan bunga tidak bisa berdiri sendiri tanpa dukungan kebijakan fiskal, stabilitas moneter, dan cadangan devisa.
- Sementara New Zealand memiliki struktur ekonomi yang berbeda, lebih kecil dan terbuka, namun kebijakan bank sentral dan mekanisme pasar keuangan lebih mature dalam respons terhadap perubahan suku bunga.
- Kecepatan Transmisi
- Di Indonesia, perbankan dan lembaga keuangan membutuhkan waktu lebih lama untuk menyesuaikan bunga kredit, tabungan, dan instrumen lainnya setelah BI-Rate turun. Ada hambatan seperti faktor risiko kredit, likuiditas bank, dan regulasi.
- Di NZ, perubahan OCR langsung memicu penyesuaian bunga oleh bank-bank besar seperti ANZ, terutama untuk produk-produk pinjaman rumah dan deposito.
- Inflasi dan Target Penyesuaian
- BI menurunkan bunga sambil memperhatikan inflasi yang berada dalam kisaran sasaran 2,5% ±1%. Penurunan bunga dilakukan ketika prakiraan inflasi tetap rendah.
- RBNZ juga menurunkan OCR ketika inflasi mulai mereda dan sinyal ekonomi lemah muncul, sehingga diperlukan stimulus. Namun mereka harus berhati-hati agar inflasi tidak melonjak kembali.
- Perbedaan dalam Kebijakan Moneter & Regulasi Perbankan
- Bank-bank di Indonesia memiliki regulasi dan persyaratan cadangan, risiko kredit, dan likuiditas yang berbeda. Keterbatasan dana murah, profil risiko, dan regulasi mempengaruhi seberapa banyak bank bisa menurunkan suku bunga kredit.
- Di NZ, bank-bank lebih cepat bereaksi terhadap perubahan suku bunga acuan karena pasar keuangan serta sistem lembaga keuangan relatif lebih transparan dan kompetitif.
Kesimpulan
Meskipun BI di Indonesia dan ANZ NZ di New Zealand sama-sama menurunkan suku bunga, efeknya tidaklah identik:
- Di Indonesia, penurunan BI Rate memberi sinyal kuat dukungan ekonomi, mendorong likuiditas, dan memperkuat ekspektasi positif pasar. Namun manfaat langsungnya — terutama penurunan bunga kredit dan manfaat ke warga masyarakat — masih memerlukan waktu lebih panjang dan dipengaruhi banyak faktor non-moneter.
- Di New Zealand, penurunan OCR dan respons cepat bank seperti ANZ membuat efeknya lebih langsung terasa di sektor perumahan, pinjaman, dan tabungan. Oleh karena itu, masyarakat peminjam rumah mendapat keringanan lebih cepat, sementara deposan juga merasakan penurunan hasil bunga.
Untuk masyarakat dan pelaku ekonomi, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menyesuaikan anggaran / rincian finansial pribadi agar bisa memanfaatkan momentum ini: memilih pinjaman floating/flexible saat bunga turun, mempertimbangkan refinancing, dan berhati-hati jika inflasi atau perubahan nilai tukar muncul sebagai risiko.
Rekomendasi
- Untuk Indonesia: percepat penyesuaian bunga kredit agar stimulus moneter lebih terasa di sektor riil (usaha kecil, konsumsi, investasi).
- Untuk peminjam rumah di NZ: pertimbangkan untuk beralih ke fixed rate jika estimasi OCR terus turun agar bisa mengunci biaya cicilan.
- Untuk deposan juga: catat bahwa penurunan suku bunga mungkin menurunkan pendapatan dari simpanan, pertimbangkan diversifikasi investasi.